Terungkap Misteri Air Laut dan Sungai di Bontang Berubah Jadi Kolam Darah
Selasa, 11 Februari 2014 21:42 WIB
Terungkap Misteri Air Laut dan Sungai di Bontang Berubah Jadi Kolam Darah
Warga Bontang, Kaltim, Selasa (11/2/2014), digemparkan dengan fenomena air laut dan sungai di muara Tanjung Laut yang berubah warna menjadi merah seperti kolam darah.  


Dalam kasus ini, Kepolisian Kota Bontang mengamankan seseorang berinisial ST, diduga sebagai oknum yang kali pertama membuat gempar ribuan warga. Menurut Wakapolres Bontang, Kompol Erlan, pelaku ST diduga mencemarkan air sungai dengan limbah cat. Kini, pelaku sudah diamankan dan sedang diperiksa oleh kepolisian.“Pelaku sudah diamankan, tapi masih proses lanjutan dan pemeriksaan, apakah limbah beracun atau tidak? Pihak kepolisian masih berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup,” jelasnya.
Sementara itu, warga yang berdiam di lokasi sekitar menyebut bahwa air jadi merah itu adalah akibat orang tak bertanggungjawab. Biasanya ada yang membuang sisa cat ke sungai dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga air menjadi tercemar. Lagipula, di sekitar sungai itu ada pabrik distributor cat.
“Di sini ada pabrik distributor cat, biasanya sering membuang cat, namun tidak sebesar ini, sehingga tidak mengubah warna air. Bisa jadi akibat pencucian drum-drum dari Amerika yang dibeli pabrik distributor cat tersebut,” kata Sundarwan, salah seorang warga Tanjung Laut, Bontang.
Namun, kata Sundarwan, jika air sungai berubah warna karena limbah pencucian drum, tidak mungkin bisa sampai sepanjang sungai hingga ke muara di Tanjung Laut Bontang Selatan. “Seharusnya tidak merata, tapi ini merata. Nah, ini yang membingungkan. Entah betul fenomena alam atau limbah yang dibuang dalam jumlah cukup besar,” pungkasnya.
Di bagian lain, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Bontang, Agus Amir mengatakan, sampai saat ini BLH belum bisa memberikan informasi apa-apa mengenai perubahan air sungai tersebut. Namun pihaknya akan menelusuri asal perubahan air tersebut.
“Kami masih di lokasi dan tim kami masih melakukan pengecekan. Kami belum bisa memberikan kesimpulan apakah ini fenomena alam ataukan pencemaran air limbah. Harus diselidiki dulu,” kata Amir (11/2/2014).
Dijelaskan Amir, untuk menguak misteri air merah itu, memerlukan proses yang panjang. Selanjutnya, Amir masih belum bisa memutuskan apakah akan diperiksakan dalam laboraturium atau tidak.
“Kami masih di lokasi kami masih lakukan identifikasi dan menyelusuri petanya dulu, baru bisa diambil kesimpulan. Yang jelas, kami akan terus menyelidiki darimana air merah itu bermula,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, ribuan warga yang bermukim di sekitar muara Sungai Jembatan Kuning, heboh. Pasalnya, aliran air sungai menuju laut, yang mengalir dari Kelurahan Berbas Tengah menuju Tanjung Laut, tiba-tiba berupa warna merah darah, Selasa.
Sudarman, warga Kelurahan Berbas Tengah, yang bermukim di sekitar muara mengatakan perubahan warna air sungai yang terhubung langsung ke laut itu terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.
Belum diketahui pasti penyebab perubahan warna air laut tersebut, namun sebagian warga meyakini hal itu disebabkan oleh pembuangan limbah, berupa cat atau zat pewarna. 

Dugaan Lain
Namun, ada pula dugaan, perubahan itu merupakan fenomena alam yang biasa terjadi akibat aktivitas ganggang merah Noctiluca scintillans. Ganggang ini dikenal juga sebagai "hantu laut" atau "api laut”. Fenomena ini kerap disebut sebagai Red Tides.
Hal yang sama pernah terjadi di sepanjang bagian tenggara pantai Australia, beberapa waktu lalu. Beberapa kawasan pantai ditutup karena air lautnya berubah warna menjadi merah muda susu.
Dari beberapa bacaan diperoleh informasi, Red Tides merupakan sebuah fenomena alam air laut yang berubah warna menjadi merah, biru, coklat, kuning, atau hijau yang disebabkan oleh ledakan populasi fitoplankton (mikroalgae planktonic) baik yang bersifat toksik maupun non toksik.
Fitoplankton adalah organisme renik (berukuran sangat kecil), yang dikelompokan sebagai jenis tumbuhan. Hidupnya melayang-layang di dalam kolom air dan pergerakannya sangat bergantung dari arus air. Fitoplankton penyebab Red Tides umumnya dari kelas dinoflagellata kelompok Pyrrophyta.
Seperti dikutip dari www.apakabardunia.com, air laut berubah menjadi merah karena ganggang mikroskopik berkembang biak secara massal sehingga menutupi permukaan air laut. Pada malam hari, warna lautan itu bisa berubah menjadi biru terang. Itulah fenomena Red Tides
Red Tides umumnya terjadi antara bulan Agustus-Februari di pantai dengan perairan hangat. Fenomena laut ini sendiri tercatat pernah terjadi di pantai Bali, laut sekitar Sulawesi, Kalimantan Timur, Peru, dan Chili. Fenomena Red Tides terjadi kira-kira lima tahun sekali sesuai dengan siklus badai yang terjadi di laut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini